Minggu, 17 Juli 2016

LESSON STUDY

Lesson Study
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Inovatif II


Dosen Pengampu Mata Kuliah : Lestariningsih, S.Pd, M.Pd
 
Oleh
 
NOVITASARI      (1431060)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI
SIDOARJO
2016
 
 

Hakikat Lesson Study

Konsep dan praktik Lesson Study pertama kali dikembangkan oleh para guru pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepang-nya disebut dengan istilah kenkyuu jugyo. Adalah Makoto Yoshida, orang yang dianggap berjasa besar dalam mengembangkan kenkyuu jugyo di Jepang. Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan Lesson Study tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah melakukan penelitian tentang Lesson Study di Jepang sejak tahun 1993. Sementara di Indonesia pun saat ini mulai gencar disosialisasikan untuk dijadikan sebagai sebuah model dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran siswa, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai dipraktikkan. Meski pada awalnya, Lesson Study dikembangkan pada pendidikan dasar, namun saat ini ada kecenderungan untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan bahkan pendidikan tinggi.
Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara terus-menerus, berdasarkan data. Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun managerial. Lesson study bukan metode pembelajaran atau strategi pembelajaran, melainkan dalam lesson study dapat dipilih dan diterapkan berbagai metode/strategi pembelajaran atau materi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, atau masalah pembelajaran yang dihadapi siswa dan pendidik,” kata dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang juga pendamping Hibah Perluasan Studi dari Kemdiknas ini. (Sumber: http://unnes.ac.id/berita/lesson-study-bukan-metode-pembelajaran/)
Penerapan Lesson Study didasarkan kepada proses, usaha yang berkesinambungan. Proses yang asli dan nyata, bukan tampil karena hanya untuk diamati. Kondisi natural inilah yang diyakini dapat membuat ilmu yang diperoleh tidak pernah dilupakan siswa. Guru harus merubah cara menyampaikan ilmunya, dari yang bersifat klasikal (penyampaian materi) menjadi eksploratif (pemahaman arti suatu ilmu). Keaktifan siswa dalam bereksplorasi tidak akan terganggu oleh banyaknya pengamat yang hadir di dalam kelasnya. (Sumber:http://www.balitbangdiklat.kemenag.go.id/indeks/jurnal-kediklatan/504-keistimewaan-dan-tantangan-lesson-study.html)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Lesson Study merupakan suatu pendekatan peningkatan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru secara kolaboratif, dengan langkah-langkah pokok merancang pembelajaran untuk mencapai tujuan, melaksanakan pembelajaran, mengamati pelaksanaan pembelajaran tersebut, serta melakukan refleksi untuk mendiskusikan pembelajaran yang dikaji tersebut untuk bahan penyempurnaan dalam  rencana pembelajaran berikutnya. Fokus utama pelaksanaan lesson study adalah aktivitas siswa di kelas, dengan asumsi bahwa aktivitas siswa tersebut terkait dengan aktivitas guru selama mengajar di kelas.

 Pendapat Para Ahli Mengenai Lesson Study

1.      Slamet Mulyana (2007)  
Slamet Mulyana (2007) memberikan rumusan tentang Lesson Study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
Terkait dengan penyelenggaraan Lesson Study, Slamet Mulyana (2007) mengetengahkan tentang dua tipe penyelenggaraan Lesson Study, yaitu Lesson Study berbasis sekolah dan Lesson Study berbasis MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Lesson Study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala sekolah yang bersangkutan. dengan tujuan agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan. Sedangkan Lesson Study berbasis MGMP merupakan pengkajian tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman kajian tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten atau mungkin bisa lebih diperluas lagi.
2.      Catherine Lewis (2002) menyebutkan bahwa:
“lesson study is a simple idea. If you want to improve instruction, what could be more obvious than collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflect on lessons? While it may be a simple idea, lesson study is a complex process, supported by collaborative goal setting, careful data collection on student learning, and protocols that enable productive discussion of difficult issues”.
Dalam tulisannya yang lain, Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula tentang ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang diperolehnya berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu:
 
a)      Tujuan bersama untuk jangka panjang
Lesson study didahului adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya.
b)      Materi pelajaran yang penting.
Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.
c)      Studi tentang siswa secara cermat.
Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.
d)     Observasi pembelajaran secara langsung. 
Observasi langsung boleh dikatakan merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.
        Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat (1) memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa, (2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study), (4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa, (5) mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan (7) mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.
3.      Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk :
a)      memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar
b)      memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study
c)      meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif
d)     membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.

Tahapan Lesson Study

Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa pendapat :
1.      MenurutWikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA).
a)      Tahapan Perencanaan (Plan)
Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran.
b)     Tahapan Pelaksanaan (Do)
Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca: guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:
1.      Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama.
2.      Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study.
3.      Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa.
4.      Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama.
5.      Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru.
6.      Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
7.      Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP.
c)      Tahapan Refleksi (Check)
Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun.
Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.
d)     Tahapan Tindak Lanjut (Act)
Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran indiividual, maupun menajerial.
Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik.
Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.
2.      Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalamLesson Study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See)
a.      Plan (perencanaan pembelajaran)
Setelah sebelumnya melakukan telaah kurikulum serta merumuskan tujuan pembelajaran dan tujuan pengembangan siswa, langkah awal dalam rangkaian lesson study adalah merancang pembelajaran untuk mencapai tujuan dalam wujud perangkat pembelajaran, termasuk di antaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kegiatan ini dilakukan secara kolaboratif antara mahasiswa praktikan, dosen pembimbing lapangan, dan guru pamong.
b.      Do (pelaksanaan dan pengamatan pembelajaran)
Langkah ini dimaksudkan untuk melaksanakan pembelajaran di kelas berdasarkan perangkat pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya. Kegiatan ini dilakukan oleh salah seorang dari mahasiswa praktikan yang terlibat dalam kegiatan perencanaan pembelajaran tersebut.
Bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran, dilakukan pula pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran tersebut. Pengamatan ini dilakukan oleh mahasiswa praktikan dalam satu bidang studi yang sama, guru pamong, dan dosen pembimbing lapangan. Pengamatan dapat pula melibatkan mahasiswa/guru dalam bidang studi serumpun maupun bidang studi lain. Pada saat melakukan pengamatan (see), perhatian difokuskan kepada perilaku siswa di kelas (bukan pada aktivitas mengajar guru).
c.       See (refleksi pembelajaran)
Setelah melaksanakan pembelajaran dan mengamatinya, seluruh pihak yang terlibat dalam aktivitas pengamatan melakukan refleksi untuk mendiskusikan pembelajaran yang dikaji tersebut dan menyempurkannya, serta merencanakan pembelajaran berikutnya. Dalam tahap refleksi ini, pembahasan tidak dimaksudkan untuk mengomentari aktivitas guru ketika melaksanakan pembelajaran, melainkan lebih diarahkan pada hasil pengamatan terhadap perilaku siswa selama proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian tidak ada komentar terhadap perilaku guru ketika mengajar, namun diharapkan berdasarkan refleksi pengamat terhadap perilaku siswa tersebut, guru model akan dapat merefleksi dirinya sendiri.
Hasil maksimal akan diperoleh apabila ketiga tahap di atas dilaksanakan secara utuh dan berkesinambungan. Melalui kegiatan lesson study ini kelemahan guru model pada setiap tahap pembelajaran yang dilaksanakan dapat diperbaiki dan disempurnakan. 
Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari University of Wisconsin-La Crosse mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu:
1.      Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson Study.
2.      Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.
3.      Plan the Research Lesson: guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons.
4.      Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.
5.      Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa
6.      Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang ada.
Adapun langkah riil lesson study dipaparkan sebagai berikut.
1.   Menyusun jadwal lesson study
Komponen jadwal meliputi waktu pelaksanaan, guru model (dapat disampaikan dalam bentuk kode), kelas yang menjadi sasaran pelaksanaan lesson study, serta individu yang akan menjadi pengamat (mahasiswa praktikan, dosen pembimbing, dan guru pamong). Pengamatan dapat dilakukan pula oleh guru atau mahasiswa praktikan dari bidang studi yang lain. Jadwal disusun berdasarkan kesepakatan antara mahasiswa praktikan, dosen pembimbing lapangan, dan guru pamong. Diupayakan lesson study dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan (lihat Lampiran 1).
2.   Merencanakan dan menyusun perangkat pembelajaran (plan)
Perangkat pembelajaran yang disiapkan di sini meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar, media pembelajaran/alat peraga, dan alat evaluasi. Perangkat pembelajaran disiapkan oleh mahasiswa praktikan secara berkelompok (serumpun). Selanjutnya, hasil perencanaan ini dikonsultasikan kepada guru pamong dan dosen pembimbing. Konsultasi seyogyanya dilakukan berkali-kali sampai diperoleh perangkat yang layak.
3.   Menyiapkan format-format, deskripsi tugas, serta tata tertib yang diperlukan pada kegiatan lesson study
Format yang disiapkan meliputi format pengamatan, daftar hadir pengamat, angket untuk siswa, tata tertib pelaksanaan. Format ini disusun untuk mendokumentasikan segala kegiatan lesson study sehingga dapat dilakukan refleksi yang akurat. Bahkan, akan lebih baik apabila posisi siswa dan pengamat dalam kelas saat pelaksanaan lesson study juga disiapkan sedemikian rupa pada tahap perencanaan (lihat Lampiran 2, 3, 4, dan 5)
4.   Mengikuti kegiatan do
Kegiatan do yang dimaksud di sini adalah aktivitas guru model (dalam hal ini diperankan oleh salah seorang mahasiswa praktikan) dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan (Plan).
Dalam kegiatan ini observer mengamati pelaksanaan pembelajarannya. Yang berperan sebagai observer adalah mahasiswa praktikan (dari bidang studi yang sama maupun bidang studi lain), dosen pembimbing, dan guru pamong. Proses pengamatan dilakukan dengan menggunakan format pengamatan yang telah disiapkan, dengan memperhatikan tata tertib yang ada.
5.   Mengikuti kegiatan see
Kegiatan ini merupakan kegiatan diskusi formal yang membahas hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran oleh guru pengajar. Diskusi ini dipimpin oleh seorang moderator dan dibantu oleh notulis. Refleksi yang diawali dengan memberikan kesempatan guru model untuk menyampaikan perasaannya sebelum, saat, dan setelah mengajar ini, dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran berikutnya bagi guru model, sekaligus sebagai refleksi diri bagi pengamat. Fokus diskusi diarahkan pada perilaku siswa, BUKAN ‘MENGADILI’ GURU MODEL.
6.   Mengarsipkan semua hasil kegiatan
Pengarsipan dilakukan sendiri oleh setiap guru model dalam satu portofolio. Komponen portofolio yang diarsipkan meliputi (1) berita acara pelaksaan lesson study  (2) RPP dan perangkat pembelajaran lainnya, (3) lembar pengamatan dari seluruh pengamat, (4) perolehan skor siswa selama pelaksaan lesson study, (5) notulen hasil diskusi, serta (6) foto kegiatan pelaksanaan Lesson Study. Berkas portofolio tersebut kemudian diserahkan kepada UPT PPL setelah mendapat persetujuan dosen pembimbing lapangan atau guru pamong.

 

Manfaat Lesson Study

Lesson study memberikan banyak hal yang menurut para peneliti dianggap efektif dalam mengubah praktik mengajar guru seperti penggunaan materi pembelajaran yang konkrit untuk memfokuskan pada permasalahan agar lebih bermakna, mengambil konteks pembelajaran dan pengalaman guru yang eksplisit, dan juga memberikan dukungan pada guru dalam hubungan sejawat. Dengan kata lain, lesson study memberikan banyak kesempatan kepada para guru untuk membuat bermakna ide-ide pendidikan dalam praktik mengajar mereka, untuk mengubah perspektif mereka tentang pembelajaran, dan untuk belajar mengamati praktik mengajar mereka dari perspektif siswa. Dalam lesson study, kita melihat apa yang terjadi dalam pembelajaran lebih objektif dan itu membantu kita memahami ide-ide penting tanpa harus lebih memperhatikan isu-isu lain dalam kelas kita.
Adapun manfaat lesson study adalah:
1.      Meningkatnya pengetahuan guru tentang materi ajar dan pembelajarannya
2.      Meningkatnya pengetahuan guru tentang cara mengobservasi aktifitas belajar siswa
3.      Menguatnya hubungan kolegalitas baik antar guru maupun dengan observer lain selain guru
4.      Menguatnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan pembelajaran jangka panjang
5.      Meningkatnya motivasi guru untuk senan-tiasa berkembang
6.      Meningkatnya kualitas rencana pembelajaran termasuk komponen-komponennya seperti bahan ajar, teaching materials (hands on) dan strategi pembelajaran (Rusman, 2010:394).
Selanjutnya Wang–Iverson dan Yoshida (2006) menyebutkan bahwa manfaat dari lesson study sebagai berikut:
1.      Mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya)
2.      Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya
3.      Memperdalam pemahaman guru tentang ma-teri pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam kurikulum
4.      Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa
5.      Menciptakan terjadinya pertukarann pengeta-huan tentang pemahaman berpikir dan belajar siswa
6.      Meningkatkan kolaborasi pada sesama guru 
 
Adapun manfaat lain dari lesson study menurut Lesson Study Project (http://akhmadsudra jat.wordpress.com/2008/02/22/lesson-study-untukmeningkatkan-pem-belajaran) yakni:
1.      Guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya
2.      Guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya
3.      Guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study
 
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat dari lesson study adalah:
1.      Menciptakan suasana keakraban dan kekeluar-gaan antar sesama guru,
2.      Memberi peluang bagi guru untuk memecahkan masalah dan menciptakan solusinya secara bersama-sama serta saling bertukar pengalaman,
3.      Guru dapat membuat perencanaan pembelajaran secara ber-sama-sama dan mepraktekan hasil kerjanya,
4.      Membuat guru menjadi lebih profesional dalam mengajar sehingga menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi siswa sebagai tujuan menelurkan siswa-siswa terbaik demi masa depan Indonesia.
 

Bagaimana Mengatasi Kendala dalam Lesson Study?

         Berbagai kendala yang mungkin dihadapi ketika mengimplementasikan lesson study di antaranya adalah adanya persepsi yang keliru tentang lesson study, penyusunan jadwal, pendanaan, setting kelas, dan pendokumentasian. Untuk menghindari adanya kesalahan persepsi tentang lesson study, pada tahap perencanaan perlu diadakan penyamaan persepsi antaranggota kelompok bahwa lesson study lebih dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dan bukan untuk menilai guru. Menyusun jadwal, baik untuk pertemuan koordinasi persiapan pelaksanaan, pelaksanaan lesson study itu sendiri, maupun untuk melaksanakan refleksi dan menyusun temuan, yang melibatkan 4 – 6 guru, tidaklah mudah. Itulah sebabnya pelibatan kepala sekolah sejak awal perencanaan lesson study sangat penting. Kepala sekolah perlu dilibatkan terutama karena perannya sebagai decision maker di sekolah. tidak hanya untuk mendapatkan kemudahan dalam pengaturan jadwal, tetapi juga diharapkan kepala sekolah memberikan dukungannya dalam bentuk pendanaan untuk pelaksanaan setiap kegiatan dalam lesson study. Kesepakatan tentang jadwal, pendanaan, dan “aturan main” dari awal akan menghindari masalah yang tidak diinginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar