Lesson Study
Diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pembelajaran Inovatif II
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Lestariningsih, S.Pd, M.Pd
Oleh
NOVITASARI (1431060)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI
SIDOARJO
2016
Hakikat Lesson Study
Konsep dan praktik Lesson Study pertama kali dikembangkan
oleh para guru pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepang-nya disebut
dengan istilah kenkyuu jugyo. Adalah Makoto Yoshida, orang yang
dianggap berjasa besar dalam mengembangkan kenkyuu jugyo di Jepang. Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan Lesson
Study tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa negara lain, termasuk
di Amerika Serikat yang secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan oleh
Catherine Lewis yang telah melakukan penelitian tentang Lesson Study di
Jepang sejak tahun 1993. Sementara di Indonesia pun saat ini mulai gencar
disosialisasikan untuk dijadikan sebagai sebuah model dalam rangka meningkatkan
proses pembelajaran siswa, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai
dipraktikkan. Meski pada awalnya, Lesson Study dikembangkan
pada pendidikan dasar, namun saat ini ada kecenderungan untuk diterapkan pula
pada pendidikan menengah dan bahkan pendidikan tinggi.
Lesson Study bukanlah suatu strategi
atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan
untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru
secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan,
mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus menerus
yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan
prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki
proses dan hasil pembelajaran siswa secara terus-menerus, berdasarkan data. Lesson
Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah
komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan
sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun managerial. “Lesson study bukan metode pembelajaran
atau strategi pembelajaran, melainkan dalam lesson study dapat dipilih dan
diterapkan berbagai metode/strategi pembelajaran atau materi pembelajaran yang
sesuai dengan situasi, kondisi, atau masalah pembelajaran yang dihadapi siswa
dan pendidik,” kata dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang juga
pendamping Hibah Perluasan Studi dari Kemdiknas ini. (Sumber: http://unnes.ac.id/berita/lesson-study-bukan-metode-pembelajaran/)
Penerapan Lesson
Study didasarkan kepada proses, usaha yang berkesinambungan. Proses
yang asli dan nyata, bukan tampil karena hanya untuk diamati. Kondisi natural
inilah yang diyakini dapat membuat ilmu yang diperoleh tidak pernah dilupakan
siswa. Guru harus merubah cara menyampaikan ilmunya, dari yang bersifat
klasikal (penyampaian materi) menjadi eksploratif (pemahaman arti suatu ilmu).
Keaktifan siswa dalam bereksplorasi tidak akan terganggu oleh banyaknya
pengamat yang hadir di dalam kelasnya. (Sumber:http://www.balitbangdiklat.kemenag.go.id/indeks/jurnal-kediklatan/504-keistimewaan-dan-tantangan-lesson-study.html)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Lesson Study merupakan suatu
pendekatan peningkatan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru secara
kolaboratif, dengan langkah-langkah pokok merancang pembelajaran untuk mencapai
tujuan, melaksanakan pembelajaran, mengamati pelaksanaan pembelajaran tersebut,
serta melakukan refleksi untuk mendiskusikan pembelajaran yang dikaji tersebut
untuk bahan penyempurnaan dalam rencana
pembelajaran berikutnya. Fokus utama pelaksanaan lesson study adalah aktivitas siswa di kelas, dengan asumsi bahwa
aktivitas siswa tersebut terkait dengan aktivitas guru selama mengajar di
kelas.
Pendapat Para Ahli Mengenai Lesson Study
1. Slamet Mulyana (2007)
Slamet
Mulyana (2007) memberikan rumusan tentang Lesson Study sebagai
salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran
secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip
kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas
belajar.
Terkait
dengan penyelenggaraan Lesson Study, Slamet Mulyana (2007)
mengetengahkan tentang dua tipe penyelenggaraan Lesson Study, yaitu
Lesson Study berbasis sekolah dan Lesson Study berbasis
MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran)
. Lesson Study berbasis
sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala
sekolah yang bersangkutan. dengan tujuan agar kualitas proses dan hasil
pembelajaran dari semua mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan dapat lebih
ditingkatkan. Sedangkan Lesson Study berbasis MGMP merupakan
pengkajian tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh kelompok guru
mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman kajian tentang proses pembelajaran
pada mata pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah,
kabupaten atau mungkin bisa lebih diperluas lagi.
2. Catherine Lewis (2002) menyebutkan bahwa:
“lesson
study is a simple idea. If you want to improve instruction, what could be more
obvious than collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflect
on lessons? While it may be a simple idea, lesson study is a complex process,
supported by collaborative goal setting, careful data collection on student
learning, and protocols that enable productive discussion of difficult issues”.
Dalam
tulisannya yang lain, Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula tentang
ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang diperolehnya berdasarkan
hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu:
a) Tujuan
bersama untuk jangka panjang.
Lesson study didahului adanya
kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam
kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya
tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan
individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran
yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya.
b) Materi
pelajaran yang penting.
Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan
pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran
siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.
c) Studi
tentang siswa secara cermat.
Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah
pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa
menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam
kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru,
serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta
kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian,
pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam
mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan
oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.
d) Observasi
pembelajaran secara langsung.
Observasi
langsung boleh dikatakan merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk
menilai kegiatan pengembangan dan pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak
cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga harus
mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan melakukan pengamatan
langsung, data yang diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh lebih
akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali.
Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya
sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.
Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru
di Jepang, Caterine Lewis mengemukakan bahwa Lesson Study sangat
efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para
guru untuk dapat (1) memikirkan secara lebih teliti lagi
tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa, (2) memikirkan secara mendalam tentang
tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang
arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir
siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang
dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta
atau partisipan Lesson Study), (4) belajar tentang isi atau materi
pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang
harus diberikan kepada siswa, (5) mengembangkan keahlian dalam mengajar,
baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan
pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui
pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa
yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya
dalam membelajarkan siswa, dan (7)
mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me),
dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang
perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.
3. Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan
bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu
untuk :
a)
memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar
b)
memperoleh hasil-hasil
tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson
Study
c)
meningkatkan
pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif
d)
membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang
guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
Tahapan Lesson Study
Berkenaan
dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa pendapat :
1.
MenurutWikipedia (2007)
bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan
menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA).
a) Tahapan Perencanaan (Plan)
Dalam tahap
perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi
untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan
yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang: kompetensi dasar, cara
membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan
sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan
untuk kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan
solusi untuk memecahkan segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil
analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan
dalam penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang
benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala
kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik
pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran.
b) Tahapan Pelaksanaan (Do)
Pada tahapan
yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas
permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2)
kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau
komunitas Lesson Study yang lainnya (baca: guru, kepala
sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai
pengamat/observer)
Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:
1. Guru
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama.
2. Siswa
diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan
natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya
program Lesson Study.
3. Selama
kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu
jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa.
4. Pengamat
melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-bahan
ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen
pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama.
5. Pengamat
harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk
mengevalusi guru.
6. Pengamat
dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo
digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan
kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
7. Pengamat
melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran
berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat
mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi
pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan
pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP.
c) Tahapan Refleksi (Check)
Tahapan
ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses
pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta
berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti
seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta
lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang
telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum
maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya
mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang
telah disusun.
Selanjutnya,
semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan).
Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang
diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya.
Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik
bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses
pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki
catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.
d) Tahapan Tindak Lanjut (Act)
Dari hasil
refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan
penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran
indiividual, maupun menajerial.
Pada tataran
individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat
diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi para
guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan
proses pembelajaran ke arah lebih baik.
Pada tataran
manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta Lesson
Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan yang
berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya
secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan
hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara langsung dalam Lesson
Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami
oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah
dapat semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin
pendidikan di sekolah.
2.
Sementara itu, Slamet
Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalamLesson Study,
yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3)
Refleksi (See)
a.
Plan (perencanaan pembelajaran)
Setelah sebelumnya melakukan telaah kurikulum serta merumuskan tujuan
pembelajaran dan tujuan pengembangan siswa, langkah awal dalam rangkaian lesson study adalah merancang
pembelajaran untuk mencapai tujuan dalam wujud perangkat pembelajaran, termasuk
di antaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kegiatan ini dilakukan
secara kolaboratif antara mahasiswa praktikan, dosen pembimbing lapangan, dan
guru pamong.
b.
Do (pelaksanaan dan pengamatan pembelajaran)
Langkah ini dimaksudkan untuk melaksanakan pembelajaran di kelas
berdasarkan perangkat pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya. Kegiatan
ini dilakukan oleh salah seorang dari mahasiswa praktikan yang terlibat dalam
kegiatan perencanaan pembelajaran tersebut.
Bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran, dilakukan pula pengamatan
terhadap pelaksanaan pembelajaran tersebut. Pengamatan ini dilakukan oleh
mahasiswa praktikan dalam satu bidang studi yang sama, guru pamong, dan dosen
pembimbing lapangan. Pengamatan dapat pula melibatkan mahasiswa/guru dalam
bidang studi serumpun maupun bidang studi lain. Pada saat melakukan pengamatan
(see), perhatian difokuskan kepada perilaku siswa di kelas (bukan pada
aktivitas mengajar guru).
c.
See (refleksi pembelajaran)
Setelah melaksanakan pembelajaran dan mengamatinya, seluruh pihak yang
terlibat dalam aktivitas pengamatan melakukan refleksi untuk mendiskusikan
pembelajaran yang dikaji tersebut dan menyempurkannya, serta merencanakan
pembelajaran berikutnya. Dalam tahap refleksi ini, pembahasan tidak dimaksudkan untuk mengomentari aktivitas guru ketika
melaksanakan pembelajaran, melainkan lebih diarahkan pada hasil pengamatan
terhadap perilaku siswa selama proses pembelajaran di kelas. Dengan
demikian tidak ada komentar terhadap perilaku guru ketika mengajar, namun diharapkan berdasarkan refleksi pengamat terhadap
perilaku siswa tersebut, guru model akan dapat merefleksi dirinya sendiri.
Hasil maksimal akan diperoleh apabila ketiga tahap di atas dilaksanakan secara utuh dan
berkesinambungan. Melalui kegiatan lesson
study ini kelemahan guru model pada setiap tahap pembelajaran yang
dilaksanakan dapat diperbaiki dan disempurnakan.
Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp
dari University of Wisconsin-La Crosse mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson
Study, yaitu:
1. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang
terdiri guru yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki
kepentingan dengan Lesson Study.
2. Develop
Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai
hasil dari Lesson Study.
3. Plan the
Research Lesson: guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dan
mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons.
4. Gather
Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan pembelajaran,
sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari
pembelajaran siswa.
5. Analyze
Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan
belajar siswa
6. Repeat the
Process: kelompok
merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai
dengan tahapan ke-5 sebagaimana dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas
temuan-temuan yang ada.
Adapun langkah riil
lesson study
dipaparkan sebagai berikut.
1.
Menyusun jadwal lesson study
Komponen jadwal meliputi waktu pelaksanaan, guru model
(dapat disampaikan dalam bentuk kode), kelas yang menjadi sasaran pelaksanaan lesson study, serta individu yang akan
menjadi pengamat (mahasiswa praktikan, dosen pembimbing, dan guru pamong).
Pengamatan dapat dilakukan pula oleh guru atau mahasiswa praktikan dari bidang
studi yang lain. Jadwal disusun berdasarkan kesepakatan antara mahasiswa
praktikan, dosen pembimbing lapangan, dan guru pamong. Diupayakan lesson study dapat dilaksanakan sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan (lihat Lampiran 1).
2.
Merencanakan dan menyusun
perangkat pembelajaran (plan)
Perangkat pembelajaran yang disiapkan di sini meliputi
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar, media pembelajaran/alat peraga, dan alat evaluasi. Perangkat pembelajaran disiapkan oleh mahasiswa praktikan
secara berkelompok (serumpun). Selanjutnya, hasil perencanaan ini
dikonsultasikan kepada guru pamong dan dosen pembimbing. Konsultasi seyogyanya dilakukan berkali-kali sampai diperoleh perangkat yang
layak.
3.
Menyiapkan format-format,
deskripsi tugas, serta tata tertib yang diperlukan pada kegiatan lesson study
Format yang disiapkan meliputi format pengamatan, daftar
hadir pengamat, angket untuk siswa, tata tertib pelaksanaan. Format ini disusun untuk mendokumentasikan segala
kegiatan lesson study sehingga dapat
dilakukan refleksi yang akurat. Bahkan, akan lebih baik apabila posisi siswa
dan pengamat dalam kelas saat pelaksanaan lesson
study juga disiapkan sedemikian rupa pada tahap perencanaan (lihat Lampiran 2, 3, 4, dan 5)
4.
Mengikuti kegiatan do
Kegiatan do
yang dimaksud di sini adalah aktivitas guru model (dalam hal ini diperankan
oleh salah seorang mahasiswa praktikan) dalam melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan perencanaan (Plan).
Dalam
kegiatan ini observer mengamati
pelaksanaan pembelajarannya. Yang berperan sebagai observer adalah mahasiswa praktikan (dari bidang studi yang sama maupun
bidang studi lain), dosen pembimbing, dan guru pamong. Proses
pengamatan dilakukan
dengan menggunakan format
pengamatan yang telah disiapkan, dengan memperhatikan tata tertib yang
ada.
5. Mengikuti kegiatan see
Kegiatan ini merupakan kegiatan diskusi formal yang membahas hasil
pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran oleh guru pengajar. Diskusi ini
dipimpin oleh seorang moderator dan dibantu oleh notulis. Refleksi yang diawali
dengan memberikan kesempatan guru model untuk menyampaikan perasaannya sebelum,
saat, dan setelah mengajar ini, dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran berikutnya bagi guru model, sekaligus sebagai refleksi diri bagi
pengamat. Fokus diskusi diarahkan pada perilaku siswa, BUKAN ‘MENGADILI’ GURU
MODEL.
6.
Mengarsipkan semua hasil
kegiatan
Pengarsipan dilakukan sendiri oleh setiap guru model dalam satu
portofolio. Komponen portofolio yang diarsipkan meliputi
(1) berita acara pelaksaan lesson study
(2) RPP dan perangkat pembelajaran lainnya, (3) lembar pengamatan dari seluruh pengamat, (4) perolehan skor siswa selama pelaksaan lesson study, (5) notulen hasil diskusi, serta (6) foto kegiatan pelaksanaan Lesson Study. Berkas portofolio tersebut
kemudian diserahkan kepada UPT PPL setelah
mendapat persetujuan dosen
pembimbing lapangan atau guru pamong.
Manfaat Lesson Study
Lesson study memberikan banyak hal yang menurut para peneliti dianggap
efektif dalam mengubah praktik mengajar guru seperti penggunaan materi
pembelajaran yang konkrit untuk memfokuskan pada permasalahan agar lebih
bermakna, mengambil konteks pembelajaran dan pengalaman guru yang eksplisit,
dan juga memberikan dukungan pada guru dalam hubungan sejawat. Dengan kata lain, lesson study memberikan banyak kesempatan
kepada para guru untuk membuat bermakna ide-ide pendidikan dalam praktik
mengajar mereka, untuk mengubah perspektif mereka tentang pembelajaran, dan
untuk belajar mengamati praktik mengajar mereka dari perspektif siswa. Dalam lesson
study, kita melihat apa yang terjadi dalam pembelajaran lebih objektif dan
itu membantu kita memahami ide-ide penting tanpa harus lebih memperhatikan
isu-isu lain dalam kelas kita.
Adapun manfaat lesson study
adalah:
1.
Meningkatnya
pengetahuan guru tentang materi ajar dan pembelajarannya
2.
Meningkatnya
pengetahuan guru tentang cara mengobservasi aktifitas belajar siswa
3.
Menguatnya
hubungan kolegalitas baik antar guru maupun dengan observer lain selain guru
4.
Menguatnya
hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan pembelajaran
jangka panjang
5.
Meningkatnya
motivasi guru untuk senan-tiasa berkembang
6.
Meningkatnya
kualitas rencana pembelajaran termasuk komponen-komponennya seperti bahan ajar,
teaching materials (hands on) dan strategi pembelajaran (Rusman,
2010:394).
Selanjutnya Wang–Iverson
dan Yoshida (2006) menyebutkan bahwa manfaat dari lesson study sebagai
berikut:
1.
Mengurangi
keterasingan guru (dari komunitasnya)
2.
Membantu guru
untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya
3.
Memperdalam
pemahaman guru tentang ma-teri pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam
kurikulum
4.
Membantu guru
memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa
5.
Menciptakan
terjadinya pertukarann pengeta-huan tentang pemahaman berpikir dan belajar
siswa
6.
Meningkatkan
kolaborasi pada sesama guru
1. Guru
dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya
2. Guru
dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya
3. Guru
dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa manfaat dari lesson study adalah:
1. Menciptakan
suasana keakraban dan kekeluar-gaan antar sesama guru,
2. Memberi
peluang bagi guru untuk memecahkan masalah dan menciptakan solusinya secara
bersama-sama serta saling bertukar pengalaman,
3. Guru
dapat membuat perencanaan pembelajaran secara ber-sama-sama dan mepraktekan
hasil kerjanya,
4.
Membuat guru
menjadi lebih profesional dalam mengajar sehingga menciptakan suasana belajar
yang kondusif bagi siswa sebagai tujuan menelurkan siswa-siswa terbaik demi
masa depan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar