Contextual Teaching and Learning (CTL)
Diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pembelajaran Inovatif II
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Lestariningsih, S.Pd, M.Pd
Oleh
NOVITASARI (1431060)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI
SIDOARJO
2016
PENDEKATAN
CTL
·
Pengertian
Pendekatan CTL (Contextual Teaching and
Learning ) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara meteri yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan nyata sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Hasil atau
prestasi belajar peserta didik tidak hanya dilihat dari tampilan kuantitatif,
melainkan dilihat dari sisi kualitas penguasaan dan aplikasinya dalam kehidupan
yang nyata. Dengan skema konseptual yang seperti itu, hasil pembelajaran bukan
sekedar wacana melangit, akan tetapi merupakan hal yang harus membumi dan lebih
bermakna bagi siswi.
·
Sejarah
CTL adalah salah satu strategi pembelajaran
yang dikembangkan oleh The Washington State Consortium for Contextual Teaching and
Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah, dan
lembaga-lembaga yang bergerak di bidang pendidikan di Amerika Serikat. Salah
satu kegiatan dari konsorsium tersebut adalah melatih dan memberi kesempatan
kepada para guru dari enam propinsi di Indonesia untuk mempelajari pendekatan
kontekstual di Amerika Serikat (Priyatni,2002:1).
·
Karakteristik
Ø Menurut Johnson (dalam Nurhadi, 2002:14) terdapat delapan utama yang
menjadi karakteristik pembelajaran kontekstual, yaitu :
1. Melakukan hubungan yang bermakna.
2. Mengerjakan pekerjaan yang berarti.
3. Mengatur cara belajar sendiri.
4. Bekerja sama.
5. Berpikir kritis dan kreatif.
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa,.
7. Mencapai standar yang tinggi
8. Menggunakan penilaian sebenarnya.
Ø Nurhadi (2003:20) menyebutkan dalam kontekstual mempunyai sebelas
karakteristik antara lain yaitu :
1. Kerja sama.
2. Saling menunjang.
3. Menyenangkan.
4. Belajar dengan bergairah.
5. Pembelajaran terintegrasi.
6. Menggunakan berbagai sumber.
7. Siswa aktif.
8. Sharing dengan teman.
9. Siswa aktif dan guru kreatif
10. Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa,
peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain
11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa,
laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.
Ø Priyatni (2002:2) menyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan dengan
CTL memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.
Pembelajaran dilaksanakan dalam
konteks yang autentik, artinya pembelajaran diarahkan agar siswa memiliki
keterampilan dalam memecahkan masalah dalam konteks nyata atau pembelajaran
diupayakan dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).
2.
Pembelajaran memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).
3.
Pembelajaran dilaksanakan dengan
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa melalui proses mengalami (learning by doing).
4.
Pembelajaran dilaksanakan melalui
kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi (learning in a group).
5.
Kebersamaan, kerja sama saling
memahami dengan yang lain secara mendalam merupakan aspek penting untuk
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (learning to know each
other deeply).
6.
Pembelajaran dilaksanakan secara
aktif, kreatif, kreatif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to York together).
7.
Pembelajaran dilaksanakan dengan cara
yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).
·
Prinsip
1. Prinsip
saling bergantung (Intedependensi)
2. Prinsip
perbedaan (Diferensiasi)
3. Prinsip
pengaturan diri
4. Prinsip
penilaian autentik
·
Kelebihan
1. Pembelajaran lebih bermakna, artinya siswa
melakukan sendiri kegiatan yang berhubungan dengan materi yang ada sehingga
siswa dapat memahaminya sendiri.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu
menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena pembelajaran CTL menuntut
siswa menemukan sendiri bukan menghafalkan.
3. Menumuhkan keberanian siswa untuk mengemukakan
pendapat tentang materi yang dipelajari.
4. Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang materi yang
dipelajari dengan bertanya kepada guru.
5. Menumbuhkan kemampuan dalam bekerjasama dengan
teman yang lain untuk memecahkan masalah yang ada.
6. Siswa dapat membuat kesimpulan sendiri dari
kegiatan pembelajaran.
·
Kekurangan
1. Bagi siswa yang tidak dapat mengikuti
pebealajaran, tidak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sama dengan
teman lainnya karena siswa tidak mengalami sendiri.
2. Perasaan khawatir pada anggota kelompok akan
hilangnya karakteristik siswa karena harus menyesuaikan dengan kelompolnya.
3. Banyak siswa yang tidak senang apabila disuruh
bekerjasama dengan yang lainnya, karena siswa yang tekun merasa harus bekerja
melebihan siswa yang lain dalam kelompoknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar