Problem Posing
Diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pembelajaran Inovatif II
Dosen Pengampu Mata Kuliah :
Lestariningsih, S.Pd, M.Pd
Oleh
NOVITASARI (1431060)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI
SIDOARJO
2016
1.
Sejarah Problem Posing
Menurut Suyitno Amin, 2004 dalam Sari, Problem posing mulai
dikembangkan pada tahun 1997 oleh Lynn D. English dan awal mulanya diterapkan
dalam mata pelajaran matematika. Kemudian model ini dikembangkan pada mata
pelajaran yang lain. Model pembelajaran problem posing mulai masuk ke Indonesia
pada tahun 2000.
2.
Pengertian Problem Posing
Problem Posing mempunyai beberapa arti, problem
posing adalah perumusan masalah yang berkaitan dengan syarat-syarat soal
yang telah dipecahkan atau alternatif soal yang masih relevan (Suharta, 2000:
93, dalam Sari). “problem posing essentially means creating a problem with
solutions unknown to the target problem solver the problem create for” (Leung,
2001dalam Sari). “Dunker describe problem posing in mathematics as the
generation of a new problem or the formulation of a given problem (Dunker,
1945 dalam sari).
Menurut Brown dan Walter (1990:15) informasi atau situasi
problem posing dapat berupa gambar, benda manipulatif, permainan, teorema atau
konsep, alat peraga, soal, atau selesaian dari suatu soal. Selanjutnya Suryanto
(1998:3) menyatakan bahwa soal dapat dibentuk melalui soal-soal yang ada dalam
buku. Stoyanova (1996) mengklasifikasikan informasi atau situasi problem posing
menjadi situasi problem posing yang bebas, semiterstuktur, dan terstruktur.
Pada situasi problem posing yang bebas, siswa tidak diberikan suatu inforumasi
yang harus ia patuhi, tetapi siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk
membentuk soal sesuai dengan apa yang ia kehendaki. Siswa dapat menggunakan
fenomena dalam kehidupan sehari-hari sebagai acuan dalam pembentukan soal.
Sedangkan dalam situasi problem posing yang semi terstruktur, siswa diberi
situasi atau informasi yang terbuka. Kemudian siswa diminta untuk mencari atau
menyelidiki situasi atau informasi tersebut dengan cara menggunakan pengetahuan
yang dimilikinya. Selain itu, siswa harus mengaitkan informasi itu dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika yang diketahuinya untuk membentuk
soal. Pada situasi problem posing yang terstuktur, informasi atau situasinya
berupa soal atau selesaian dari suatu soal (Yuhasriati, 2002:12).
3.
penerapan model pembelajaran problem
posing
a. Guru menjelaskan materi pelajaran
kepada para siswa. Penggunaan alat peraga untuk memperjelas konsep sangat
disarankan.
b.
Guru memberikan latihan soal secukupnya.
c. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang
menantang, dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini
dapat pula dilakukan secara kelompok.
d. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh
siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat
menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh
siswa.
e.
Guru memberikan tugas rumah secara individual.
Amin Suyitno dalam Sari (2007), menjelaskan bahwa problem
posing diaplikasikan dalam tiga bentuk aktifitas kognitif matematika
sebagai berikut :
a. Pre
solution posing
Pre
solution posing yaitu siswa membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang
dibuat oleh guru.
b. Within
solution posing
Within
solution posing yaitu siswa memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi
sub-sub pertanyaan yang relevan dengan pertanyaan guru.
c. Post
solution posing
Post
solution posing yaitu siswa membuat soal yang sejenis, seperti yang dibuat oleh
guru.
Problem
posing merupakan masalah pokok dalam disiplin matematika dan dalam alam berpikir
matematik. Karena karakteristik berpikir matematika dapat dilaksanakan dalam
pembelajaran dengan problem posing. Menurut Suryanto (1998) dalam Muhfida,
sistem berpikir matematis dapat diartikan:
1.
memahami,
2.
keluar dari kemacetan,
3.
mengidentifikasi kekeliruan,
4.
meminimumkan pekerjaan berhitung,
5.
meminimumkan pekerjaan menulis,
6.
tekun, siap mencari jalan lain ketika diperlukan, dan
7.
membentuk soal.
Secara
umum seseorang yang sudah mampu berpikir matematika, berarti sudah mampu
membentuk pola pikirnya pada pola berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis
dapat didefinisikan sebagai kemampuan berpikir yang meliputi: memahami,
mengamati, membandingkan, mengelompokkan, mengimajinasi, menghipotesis,
mengasumsi, mengumpulkan, dan mengorganisasikan data, meringkas, menafsirkan,
menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan (Ashari, 1998; Hudojo, 1998;
Sutawidjaja, 1998; Suryanto, 1998, dalam Muhfida). Atas dasar ini maka problem
posing dapat diartikan sebagai suatu kegiatan matematika yang dapat membentuk
pola berpikir siswa kearah pola berpikir kritis.
4.
Problem Posing
dan Relevansinya dengan Matematika
Problem posing atau pembentukan soal adalah salah satu cara
yang efektif untuk mengembangkan keterampilan siswa guna meningkatkan kemampuan
siswa dalam menerapkan konsep matematika. Tim Penelitian Tindakan Matematika
(PTM) (2002 : 2) mengatakan bahwa :
1. Adanya korelasi positif antara
kemampuan membentuk soal dan kemampuan membentuk masalah.
2. Latihan membentuk soal merupakan cara
efektif untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam memecahkan suatu masalah.
Menurut
Brown dan Walter (1990 : 11), “…problem posing can give one a chance to
develop independent thinking processes”. Yang artinya problem posing
memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat berpikir secara bebas dan
mandiri dalam menyelesaikan masalah. Masalah disini tentunya masalah dalam
matematika.
5.
Pendekatan
Problem Posing Dalam Pembelajaran Matematika
Sesuai dengan kedudukan problem posing merupakan langkah
awal dari problem solving, maka pembelajaran problem posing juga merupakan
pengembangan dari pembelajaran problem solving. Silver dkk (Sutiarso: 2000)
menyatakan bahwa dalam problem posing diperlukan kemampuan siswa dalam memahami
soal, merencanakan langkah-langkah penyelesaian soal, dan menyelesaikan soal
tersebut. Ketiga kemampuan tersebut merupakan juga merupakan sebagian dari
langkah-langkah pembelajaran problem solving.
6.
Langkah-Langkah
Pembelajaran Problem Posing
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan problem
posing menurut Budiasih dan Kartini dalam Syarifulfahmi adalah sebagai berikut:
1.
Membuka kegiatan pembelajaran.
2.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
3.
Menjelaskan materi pelajaran.
4.
Memberikan contoh soal.
5. Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas
6. Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk membentuk soal dan menyelesaikannya
7.
Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan
8.
Membuat rangkuman berdasarkan kesimpulan yang dibuat siswa.
9.
Menutup kegiatan pembelajaran.
Menurut
Srini M. Iskandar dalam Syarifulfahmi, batasan mengenai pembentukan soal adalah
sebagai berikut :
- Perumusan ulang soal yang sudah ada dengan perubahan agar menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami dalam rangka memecahkan soal yang rumit.
- Perumusan atau pembentukan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka mencari alternatif pemecahan yang lain.
- Perumusan atau pembentukan soal dari kondisi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika, atau sesudah penyelesaian soal.
Adapun
kondisi dalam pembentukan soal, menurut Srini M. Iskandar dalam Syarifulfahmi
dibagi menjadi tiga golongan yakni :
- Kondisi bebas, yakni jika kondisi tersebut memberi kebebasan sepenuhnya kepada siswa untuk membentuk soal, karena siswa tidak diberi kondisi yang harus dipenuhi.
- Kondisi semi terstruktur, yakni jika siswa diberi suatu kondisi dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.
- Kondisi terstruktur, adalah jika kondisi yang digunakan berupa soal atau penyelesaian soal.
Pembelajaran
dengan pendekatan problem posing tidak dapat dilepaskan dari kegiatan
memecahkan masalah/soal, karena memecahkan masalah adalah salah satu unsur
utama dalam pembelajaran matematika. Dalam problem posing, siswa diberi
kegiatan untuk membuat/membentuk soal kemudian menyelesaikan/memecahkan soal
tersebut sesuai dengan konsep atau materi yang telah dipelajari.
Persoalan
yang harus dipecahkan oleh siswa datang siswa itu sendiri atau siswa yang lain
dalam Pembelajaran menggunakan pendekatan problem posing. Jika menggunakan
variasi lain, misal dengan dibuat kelompok-kelompok, maka soal-soal dapat
berasal dari kelompok yang lain. Pemecahan masalah memacu fungsi otak anak, mengembangkan
daya pikir secara kreatif untuk mengenali masalah, dan mencari alternatif
pemecahannya.
Proses
pemecahan masalah terletak pada diri pelajar, variabel dari luar hanya
merupakan intruksi verbal yang bersifat membantu atau membimbing pelajar untuk
memecahkan masalah. Memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana
pelajar menemukan kombinasi-kombinasi aturan yang telah dipelajarinya lebih
dahulu kemudian menggunakannya untuk memecahkan masalah. Namun memecahkan
masalah tidak hanya menerapkan aturan-aturan yang telah diketahui tetapi juga
memperoleh pengetahuan baru.
7.
Problem Posing
Secara Berkelompok
Pembelajaran dengan problem posing ini menekankan pada
pembentukan atau perumusan soal oleh siswa baik secara individu, maupun secara
berkelompok. Setiap selesai pemberian materi guru memberikan contoh tentang
cara pembuatan soal dan memberikan informasi tentang materi pembelajaran dan
bagaimana menerapkannya dalam problem posing secara berkelompok.
Keuntungan
belajar kelompok dalam Roestiah (2001: 17) adalah:
- Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
- Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi
- Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhan belajar
- Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi.
- Dalam memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usaha mencapai tujuan bersama.
8.
Kelebihan dan
Kekurangan Problem Posing
Dalam setiap pembelajaran pasti ada sisi kelebihan ataupun keunggulan
dan kekuruangan atau kelemahan. Begitu juga didalam pembelajaran melalui
pendekatan problem posing mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan
menurut Rahayuningsih, 2002:18 dalam Sutisna, diantaranya adalah :
Kelebihan
Problem Posing
- Kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan siswa.
- Minat siswa dalam pembelajaran matematika lebih besar dan siswa lebih mudah memahami soal karena dibuat sendiri.
- Semua siswa terpacu untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal.
- Dengan membuat soal dapat menimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah.
- Dapat membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada dan yang baru diterima sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang mendalam dan lebih baik, merangsang siswa untuk memunculkan ide yang kreatif dari yang diperolehnya dan memperluan bahasan/ pengetahuan, siswa dapat memahami soal sebagai latihan untuk memecahkan masalah.
Kekurangan
Problem Posing
- Persiapan guru lebih karena menyiapkan informasi apa yang dapat disampaikan
- Waktu yang digunakan lebih banyak untuk membuat soal dan penyelesaiannya sehingga materi yang disampaikan lebih sedikit